TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Rencana Jahat {8}



Rencana Jahat {8}

0 Rahang Cheng Wan Nian mengeras, dia memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan kesalnya. Seolah Jiang Kang Hua sedang mengejeknya atas tidak punya anak dirinya sampai detik ini.     
0

Untuk kemudian dia melirik para dayangnya untuk pergi, pun menyuruh Liu Anqier dan prajuritnya juga untuk pergi. Hingga hanya ada dia juga Jiang Kang Hua. Ya, benar-benar hanya berdua.     

"Panglima Jiang, kurasa kau telah menyakiti perasaanku sebagai seorang Selir pertama di istana ini…," kata Cheng Wan Nian. Tapi Jiang Kang Hua tidak berniat untuk meminta maaf sama sekali. "Panglima Jiang, bukankah kau telah merendahkanku? Sedari dulu hanya karena kau tak begitu menyukaiku?" tanya Cheng Wan Nian. Dia kini semakin mendekat pada Jiang Kang Hua, dan memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan tajamnya. "Ikutlah denganku, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, Panglima Jiang."     

"Tapi, hamba sedang ingin mengawasi Dayang Liu."     

"Menurutmu, siapa yang lebih penting di sini? Dayang Liu atau aku,"     

Jiang Kang Hua diam sejenak, dia sebenarnya tidak paham kenapa Cheng Wan Nian ingin berbicara kepadanya. Sebab sedari dulu marga Cheng dan marga Jiang lebih memilih saling menghindari dari pada saling bersitegang. Lantas bagaimana bisa sekarang menjadi seperti ini?     

"Baiklah," putus Jiang Kang Hua.     

Ada senyum penuh kemenangan yang tergambar samar di ujung bibir Cheng Wan Nian. Namun Jiang Kang Hua tidak mengetahuinya. Cheng Wan Nian mengajak Jiang Kang Hua untuk masuk ke dalam salah satu ruangan, kemudian dia menutup ruangan itu. mendekati Jiang Kang Hua dan memainkan jemarinya di dada bidang Jiang Kang Hua.     

Kini agaknya Jiang Kang Hua paham apa yang menjadi tujuan dari Cheng Wan Nian sekarang.     

"Panglima Jiang, apa kau tahu. hidupku benar-benar sangat tidak menguntungkan. Suamiku jarang membelaiku dan itu adalah hal yang sangat menyakitkan. Tidak ada kasih sayang dan kehangatan antara aku dan Emo Shao Ye," kata Cheng Wan Nian. Dia kini memeluk Jiang Kang Hua, dan menekan dadanya pada dada Jiang Kang Hua. Jiang Kang Hua hanya diam, dia tak membalas pun tak menolak apa yang dilakukan oleh Cheng Wan Nian kepadanya.     

Hingga kemudian dia menangkap wajah Jiang Kang Hua, hendak mencium bibir Jiang Kang Hua. Tapi di saat bersamaan Jiang Kang Hua langsung bersihn, sehingga Cheng Wan Nian langsung menjauhkan wajahnya.     

"Maaf, hamba sedang flu," ucapnya. Dia agaknya senang mempermainkan wanita yang ada di depannya ini, melihat ekspresi kesalnya adalah hal yang sangat menyenangkan Jiang Kang Hua sekali.     

"Tidak masalah, kesinilah," kata Cheng Wan Nian lagi. Jiang Kang Hua pun menurut, hingga keduanya berhasil tidur di atas ranjang yang sama. Untuk kemudian Cheng Wan Nian memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan kelamnya itu.     

Ya, Jiang Kang Hua tak kalah rupawan dari Li Zheng Xi. Mungkin karena dia menjadi salah satu dari tiga iblis paling sempurna di sini itu sebabnya wajahnya nyaris tanpa celah. Bahkan rahangnya yang tegas dan kulitnya yang tampal langsat membuatnya begitu terlihat panas dan mempesona.     

Cheng Wan Nian menarik seutas tali yang mengikat pakaiannya, hingga pakaiannya kini terbuka sempurna. Dia kemudian merengkuh leher Jiang Kang Hua, membuat Jiang Kang Hua menelan ludahnya dengan susah.     

"Panglima Jiang, bisakah malam ini kita bersama?" rayu Cheng Wan Nian, dia hendak mencium bibir Jiang Kang Hua lagi. Lalu Jiang Kang Hua mendekatkan bibirnya pada telinga Cheng Wan Nian.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Hamba menyukai laki-laki,"     

Sontak Cheng Wan Nian langsung mendorong tubuh Jiang Kang Hua sejauh mungkin. Kemudian dia memang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah kesalnya yang luar biasa.     

Jiang Kang Hua tampak tersenyum, kemudian dia merapikan pakaiannya. Jujur, dia juga laki-laki biasa. Terlebih dia dari bangsa iblis yang mungkin tidak akan pernah peduli dengan yang namanya melakukan hubungan seperti ini dengan siapa pun dan mudah terpancing hasrat. Namun demikian, dia tahu, dia tidak bodoh. Jika Cheng Wan Nian ingin memanfaatkannya dengan tubuhnya itu. tubuh yang benar-benar sudah berapa puluh laki-laki telah menjamahnya.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Hamba takut Selir Cheng nanti kecewa. Hamba tidak tertarik dengan wanita," jelas Jiang Kang Hua lagi.     

Dia buru-buru pergi, entah kenapa kepalanya menjadi pusing sekarang. Jika dia tidak segera pergi dari sana dia yakin, dia pasti telah kelepasan atau melakukan apa pun.     

Setelah dia berada di kediaman Liu Anqier, wanita itu pun tampak menoleh kaget, melihat Jiang Kang Hua berjalan terburu dengan mimik wajah merah padamnya. Jiang Kang Hua mendekati Liu Anqier yang saat ini sedang duduk sambil membuat sebuah sulaman.     

"Panglima Jiang, apa—"     

Ucapan Liu Anqier terhenti, saat Jiang Kang Hua langsung duduk di sampingnya, menarik tengkuknya kemudian melumat bibirnya. Lilin yang ada di atas meja itu langsung diremas oleh Jiang Kang Hua hingga apinya padam. Jiang Kang Hua menekan tengkuk Liu Anqier, membuat Liu Anqier yang berusaha mendorong tubuhnya menjauh itu pun tak dihiraukan. Tangannya yang lain menarik ujung dagu Liu Anqier kemudian dia melumat bibir Liu Anqier, menyesapnya dengan penuh nafsu, hingga dia mendorong tubuh Liu Anqier sampai jatuh dengan sempurna, lalu dia mencumbu leher jenjang Liu Anqier.     

"Panglima Jiang, apa yang kau lakukan? tolong ini bukanlah hal yang benar!" teriak Liu Anqier yang terus meronta minta dilepaskan. Pada saag Jiang Kang Hua nyaris membuka pakaian Liu Anqier dia langsung mencoba untuk mengendalikan diri, dia menarik tubuhnya kemudian memandang Liu Anqier dengan mimik wajah bersalah luar biasa.     

"Dayang Liu, maafkan aku," kata Jiang Kang Hua.     

Liu Anqier hanya diam, dia tampak memeriksa tubuhnya. Dia benar-benar tak menyangka jika Jiang Kang Hua akan melakukan hal itu.     

"Tidak apa-apa," jawab Liu Anqier singkat.     

"Sekali lagi maafkan aku," kata Jiang Kang Hua untuk kedua kali. Dia melirik, melihat beberapa warna merah di leher Liu Anqier dan dialah yang telah melakukannya, dia benar-benar merasa bersalah terhadap Liu Anqier dan juga Chen Liao Xuan.     

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Liu Anqier pada akhirnya. Dia tahu Jiang Kang Hua adalah sosok yang paling pintar dalam masalah menahan nafsunya kepada wanita. Jika Jiang Kang Hua sampai di titik ini, itu artinya ada hal yang tidak beres sama sekali. sebab bahkan saat Liu Anqier masih dianggap kekasih Jiang Kang Hia dulu, saat Liu Anqier tidur di kediaman Jiang Kang Hua berkali-kali, laki-laki itu sama sekali tidak menyentuhnya.     

"Selir Cheng mencoba menggodaku, dan aku tidak bisa mengendalikan nafsuku. Aku segera pergi darinya, karena aku tak mau masuk perangkapnya. Dan dalam keadaan nafsuku masih tinggi, aku menghampirimu dan aku… maafkan aku, Dayang Liu," jelas Jiang Kang Hua kemudian.     

Cheng Wan Nian memang tak pernah puas, sikap serakahnya terhadap kekuasaan membuatnya harus menghalalkan berbagai macam cara. Dan Liu Anqier benar-benar kesal dengan hal itu.     

Liu Anqier kaget, saat Jiang Kang Hua menekan dadanya, kemudian dia memuntahkan darah segar lalu dia tumbang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.